Alat Pemadam Api Berbasis Sistem Kabut Air
Akhir-akhir
ini banyak terjadi peristiwa kebakaran khususnya di kawasan perumahan
padat penduduk. Seringkali peristiwa kebakaran tersebut terjadi di
kawasan perkampungan yang sulit dilalui oleh mobil pemadam kebakaran,
atau kendala lainnya adalah lokasi kebakaran yang jauh dari sumber air.
Maka
sangat penting untuk memikirkan upaya pencegahan dan mengembangkan alat
pemadam kebakaran yang dapat menjangkau daerah-daerah perkampungan
tersebut. Menyadari betapa pentingnya faktor keselamatan terutama pada
bencana kebakaran, maka Prof. Ir. Yulianto Sulistyo Nugroho, M.Sc., Ph.D
dari Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
berupaya mengembangkan suatu alat yang dapat digunakan oleh masyarakat
dan dapat menjangkau lokasi kebakaran yang sulit dilalui oleh pemadan
kebakaran.
Beberapa alat pemadam api yang sedang dikembangkan oleh Prof. Yulianto di antaranya adalah :
1. Alat Pemadam Api Beroda
Alat
ini ia kembangkan bersama dengan Ir. Warjito, M.Sc. Ph.D dari
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik UI. Alat ini merupakan alat
pemadam kebakaran beroda yang dapat didorong masuk ke dalam perkampungan
penduduk yang mempunyai jalan sempit. Alat ini tidak membutuhkan banyak
air, sehingga sumber airnya bisa didapat dari mana saja yang ada di
lokasi kebakaran. Namun alat ini masih dalam tahap pengujian untuk
melihat efektivitasnya. Apriyos dan David Sidebang adalah tim mahasiswa
terus bekerja mulai tahapan desain, manufaktur, hingga pengambilan data
pengujian kinerja peralatan.
2. Alat Pemadam Api untuk Proteksi Dapur Rumah Tangga Berbasis Sistem Kabut Air
Alat
ini ia kembangkan bersama Dr. Ir. R. Danardono Agus Sumarsono, DEA. PE
dari Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik UI. Topik riset di bidang water mist syste
telah dapat meluluskan Sarjana Teknik sejak tahun 2007. Bersama Dr.
Danardono, arah riset alat ini lebih ditujukan untuk kebakaran dapur,
karena hampir seluruh dapur di rumah tangga di Indonesia tidak
dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. Padahal seharusnya alat
pemadam kebakaran sangat penting tersedia di setiap rumah, ungkapnya.
Prof.
Yulianto mengatakan bahwa ada banyak cara yang dapat digunakan untuk
memadamkan api. Di antaranya bisa menggunakan air, bahan kimia, atau
dengan cara mengurangi persediaan bahan bakarnya. Api bisa terbentuk
jika ada beberapa faktor yang mendukungnya (segiempat api) yaitu bahan
bakar, udara, kalor, dan reaksi berantai. Oleh karena itu, untuk
memadamkan api, ada 4 prinsip yang dapat dilakukan :
1. Memindahkan bahan bakarnya dari sumber api
2. Pendinginan
3. Memutus suplai oksigen
4. Memasukkan
senyawa kimia kedalam api sehingga pembentukkan bahan-bahan yang
terbakar bisa dihentikan. Dengan kata lain, memutus rantai reaksinya
Prof.
Yulianto mengatakan, salah satu isu yang paling penting dalam kebakaran
adalah sumber air yang kadang sulit diperoleh. Maka upaya untuk
mengurangi jumlah air yang dibutuhkan adalah dengan cara membuat air
menjadi kabut. Tapi permasalahannya adalah ketika air berbentuk kabut,
jarak pancarannya menjadi lebih pendek, dan kabut air tersebut akan
cepat menguap sebelum sampai ke sumber api.
Dalam
hal untuk alat pemadam api berbasis sistem kabut air, ia memanfaatkan
air dengan cara membuat air tersebut menjadi sangat halus. Karena dengan
semakin halusnya butiran air, maka akan meningkatkan luas permukaan
air. Jika luas permukaan air meningkat, maka air akan sulit melakukan
penetrasi ke dalam permukaan yang terbakar. Sehingga dengan kata lain,
kabut air akan mengambil kalor pembakaran tanpa membasahi material yang
terbakar. Api dapat padam dan resiko letupan dapat dikurangi. Oleh
karena itulah, sistem kabut air ini lebih unggul daripada menggunakan
air biasa. Sistem kabut air tidak membutuhkan bahan kimia tambahan.
Namun karena sistem kabut air ini membutuhkan tekanan yang besar untuk
menghasilkan kabut air, sehingga menyebabkan tangkinya menjadi lebih
berat.
Menurut
Prof. Yulianto, masih banyak pertimbangan teknis dalam pengembangan
alat ini. Karena alat ini hanya cocok untuk ukuran yang relatif tidak
terlalu besar, atau tergantung konfigurasinya. “Saya beserta Ir.
Warjito, M.Sc. Ph.D sedang mengembangkan alat ini dan berusaha
mengurangi berat alat ini”, kata Prof. Yulianto. Beratnya tangki
dikarenakan untuk menjadi kabut air, air ditekan dengan tekanan tinggi.
Tekanan ini berasal dari nitrogen bertekanan tinggi yang disimpan di
dalam tabung. Karena tekanannya sangat tinggi, maka tabung harus tebal,
hal inilah yang membuat tabung menjadi berat. Rekayasa material menjadi
kunci dari pengembangan alat ini agar lebih ringan.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar